Senin, 16 Februari 2009

IV. DAMPAK KECELAKAAN KAPAL DIKAITKAN DENGAN PENATAAN RUANG KAWASAN PERAIRAN

Dengan adanya aktivitas yang meningkat di kawasan pesisir dan lautan di kawasan Indonesia, khususnya kegiatan yang terkait dengan produksi dan angkutan minyak, seperti pertambangan minyak lepas pantai atau transportasi laut yang dilakukan oleh kapal-kapal super tanker, seperti VLCC (Very Large Crude Carrier) atau ULCC (Ultra Large Crude Carrier), kemungkinan besar akan memberikan dampak terhadap ekosistem pesisir dan lautan kita, baik yang berasal dari pencemaran rutin aktivitas tersebut atau disebabkan oleh terjadinya tumpahan minyak akibat tabrakan, terbakar atau kandasnya super tanker tersebut

Kecelakaan kapal pengangkut dapat dikatakan cukup sering terjadi di wilayah perairan Indonesia. Dampak kecelakaan kapal tersebut ataupun kapal tanker adalah tumpahnya minyak yang memenuhi permukaan air yang lama-lama turun ke bawah permukaan yang akan mengakibatkan kerusakan berat pada lingkungan kawasan perairan kita. Belum lagi akibat perbedaan temperatur cold and hot current karena adanya tumpahan minyak tersebut.

Untuk BPPT sudah mempunyai teknologi pemantauan lingkungan laut dalam upaya untuk safety, security dan safeguard, yakni sebuat alat yakni buoy yang dikembangkan oleh Seawatch BPPT di 75 titik di kawasan laut kita, namun untuk wilayah timur belum semua karena terbatasnya dana. Bouy yang berupa sensor tersebut diletakkan di laut untuk melihat perubahan arus gelombang, informasi mengenai temperatur dan sebagainya yang datanya dapat diolah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk seluruh kegiatan ekonomi, nelayan atau kepentingan-kepentingan lain. Sebagaimana diketahui, akhir-akhir ini frekuensi kejadian kecelakaan kapal, baik kapal tanker atau kapal pengangkut dapat dikatakan cukup sering, salah satu penyebabnya adalah karena terjadinya tabrakan, terutama di jalur-jalur pelayaran yang belum memiliki skema pemisahan lalu lintas kapal Traffic Separation Schemes (TSS), seperti di Selat Makasar. Kemungkinan terjadinya pencemaran tersebut akan lebih besar lagi di kawasan-kawasan padat lalu lintas laut dan aktivitas perminyakan, seperti di Selat Malaka, Selat Makasar maupun di Laut Jawa. Dukungan ketersediaan teknologi kelautan seperti teknologi pelayaran yang aman dan teknologi lingkungan yang berkaitan dengan pengolahan dampak kecelakaan kapal, seperti teknologi pemantauan pencemaran laut oleh tumpahan minyak, sangat diperlukan dalam rangka meminimalkan terjadinya pencemaran perairan laut dan dampak terhadap ekosistem yang terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar